Aku butiran pasir dipinggir pantai,
yang tak seorang pun perhatikan ku.
Aku lapisan udara yang kau dan mereka hirup,
tapi tak ada yang pikirkan aku.
Aku lereng gunung tempat kau dam mereka mencari makan,
tapi tak sedikitpun dihiraukan.
Sampai matahari tak bersinar,
sampai bulan tak membulat,
sampai angin tak berhembus.
Rabu, 30 September 2009
Jumat, 13 Maret 2009
Tanpa Judul
Laksana mentari yang hadir dari kejauhan.
Hadirkan terang tuk bahagiadiriku.
Binasahkan bintang yang hanya bersinar ketika ku terlelap.
Kau hadir dari kejauhan laksana mentari.
Terlihat sederhana namun begitu berharga.
Terlihat usam namun begitu indah, memberiku impian.
Kau terbit tenggelamkan bintang, membuatku melupakannya.
Jangan kau berhenti berpijar.
Hingga alam gelap menghalangi keindahannmu.
Kutakut tak dapat melihatmu lagi besok.
Hadirkan terang tuk bahagiadiriku.
Binasahkan bintang yang hanya bersinar ketika ku terlelap.
Kau hadir dari kejauhan laksana mentari.
Terlihat sederhana namun begitu berharga.
Terlihat usam namun begitu indah, memberiku impian.
Kau terbit tenggelamkan bintang, membuatku melupakannya.
Jangan kau berhenti berpijar.
Hingga alam gelap menghalangi keindahannmu.
Kutakut tak dapat melihatmu lagi besok.
Sungguh Tega
Senyumnya pudar seketika angin bertiup.
Linangan air mata membekas di sekitar kelopak.
Putih kia memerah.
Suasana kian membisu, membuat aku mulai tersentuh.
Sikapku bagai pedang yang menyayat, hingga batinnya terluka.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Kubiarkan ia bersedih, padahal ia yang ku sayang.
Kuanggap ia mentari, yang mampu menyinari pagi.
Namun kubuat ia bersedih, hingga ia tersakiti.
Tega.
Sngguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Ia menangis, hatiku seakan senang.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Linangan air mata membekas di sekitar kelopak.
Putih kia memerah.
Suasana kian membisu, membuat aku mulai tersentuh.
Sikapku bagai pedang yang menyayat, hingga batinnya terluka.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Kubiarkan ia bersedih, padahal ia yang ku sayang.
Kuanggap ia mentari, yang mampu menyinari pagi.
Namun kubuat ia bersedih, hingga ia tersakiti.
Tega.
Sngguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Ia menangis, hatiku seakan senang.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Jumat, 20 Februari 2009
Hilang Kembali Sendiri
Kini tak lagi sendiri
Namun masih mencari
Hingga diraih yang diinginkan.
Kini tak lagi sendiri
Bermimpi mendapat semua
Hingga semua merasa tak adil.
Kini tak lagi sendiri
Masih saja terus bermimpi
Hingga tak tahu yang mana yang asli.
Kini tak lagi sendiri
Mengarang menepi
Hingga usai semua ini.
Kini mulai lah sendiri
Sepi sunyi tak lagi menanti
Hingga hening hari-harinya kini.
Namun masih mencari
Hingga diraih yang diinginkan.
Kini tak lagi sendiri
Bermimpi mendapat semua
Hingga semua merasa tak adil.
Kini tak lagi sendiri
Masih saja terus bermimpi
Hingga tak tahu yang mana yang asli.
Kini tak lagi sendiri
Mengarang menepi
Hingga usai semua ini.
Kini mulai lah sendiri
Sepi sunyi tak lagi menanti
Hingga hening hari-harinya kini.
Jumat, 13 Februari 2009
Aku Bukan Dia
Aku bukan dia
Aku tak dapat menjadi dia
Aku tak pernah seperti dia
Dan aku tak ingin seperti dia
Sekali lagi..
Aku bukan dia
Tak pernah aku menjadi dia
Aku tak dapat menjadi dia
Aku tak pernah seperti dia
Dan aku tak ingin seperti dia
Sekali lagi..
Aku bukan dia
Tak pernah aku menjadi dia
Rabu, 04 Februari 2009
Aku Ksatria Berpedang Pena
Aku bukan Anwar maupun Gibran
Yang karyanya menyentuh dunia
Aku bukan Sukarno maupun Malaka
Yang berjuang merebut kemerdekaan
Aku ksatria berpedang pena
Bertameng kertas
Sajak kujadikan peluru
Saat dunia melihatku
Kubidik hingga bergidik
Kuburu hingga terdiam membisu
Aku ksatria berpedang pena
Bertameng kertas
Hingga nanti tak ada lagi yang kutulis
Yang karyanya menyentuh dunia
Aku bukan Sukarno maupun Malaka
Yang berjuang merebut kemerdekaan
Aku ksatria berpedang pena
Bertameng kertas
Sajak kujadikan peluru
Saat dunia melihatku
Kubidik hingga bergidik
Kuburu hingga terdiam membisu
Aku ksatria berpedang pena
Bertameng kertas
Hingga nanti tak ada lagi yang kutulis
Selasa, 27 Januari 2009
Dari Kami Sang Calon Tumpuan Negara
Dari kami sang calon tumpuan negara
Kepada Penjanji-penjanji yang akan kami angkat
Bualan kalian membuat kami muak
Politik dan ekonomi saja yang kau umbar
Kami memang hanya calon tumpuan
Yang belum berhak ikut bersuara
Tapi kami bagian dari negara ini
Salah satu yang akan kalian pimpin
Sekali lagi dari kami sang calon tumpuan negara
Kemana kami akan kau pimpin
Mengapa hanya politik dan ekonomi
Dimana dunia kami, dunia ceria, dunia pelajar
Kepada Penjanji-penjanji yang akan kami angkat
Bualan kalian membuat kami muak
Politik dan ekonomi saja yang kau umbar
Kami memang hanya calon tumpuan
Yang belum berhak ikut bersuara
Tapi kami bagian dari negara ini
Salah satu yang akan kalian pimpin
Sekali lagi dari kami sang calon tumpuan negara
Kemana kami akan kau pimpin
Mengapa hanya politik dan ekonomi
Dimana dunia kami, dunia ceria, dunia pelajar
Tanpa Judul
Tak ada yang terbaik bila tak ada yang buruk
Tak ada bahagia bila tak ada duka
Siap untuk bahagia, siap pula tuk berduka
Jangan kau mau menang sendiri
Karena hidup bukan hanya untuk tertawa
Tapi hidup juga untuk menangis
Tak ada bahagia bila tak ada duka
Siap untuk bahagia, siap pula tuk berduka
Jangan kau mau menang sendiri
Karena hidup bukan hanya untuk tertawa
Tapi hidup juga untuk menangis
Memiliki Untuk Merusak
Memiliki untuk merusak
Setelah kau dapat kemudian kau hancurkan
Memiliki untuk merusak
Setelah kau memiliki kemudian kau tinggalkan
Buka begitu cara kau memiliki
Bukan begitu setelah kau dapatkan
Merugi kau jika ia yang terbaik
Merugilah kau saat kau kehilangan dia
Setelah kau dapat kemudian kau hancurkan
Memiliki untuk merusak
Setelah kau memiliki kemudian kau tinggalkan
Buka begitu cara kau memiliki
Bukan begitu setelah kau dapatkan
Merugi kau jika ia yang terbaik
Merugilah kau saat kau kehilangan dia
Kita
Dikala kita mengenal, lalu terdiam
Ketika kita bertatapan, kemudian terdiam
Dimulai dengan kata singkat, kembali terdiam
Kita bersatu, mencoba bercengkrama
Aku coba tersenyum, namun kau malah bertanya
Kau mulai tersenyum, aku bahagia
Aku, kamu, menjadi kita
Berawal sangat dingin
Menjadi hangat di pertengahan
Entah bagaimana di akhiran...
Ketika kita bertatapan, kemudian terdiam
Dimulai dengan kata singkat, kembali terdiam
Kita bersatu, mencoba bercengkrama
Aku coba tersenyum, namun kau malah bertanya
Kau mulai tersenyum, aku bahagia
Aku, kamu, menjadi kita
Berawal sangat dingin
Menjadi hangat di pertengahan
Entah bagaimana di akhiran...
Minggu, 25 Januari 2009
karena ku telah memilihmu
Pertama aku melihatmu, terpaku oleh senyumannmu
Yang membuat hati tanpa ragu, tuk ucapkan ku cinta padamu
Semakin aku mengenalmu
Semakin ku mengagumimu
Semakin kusayang padamu
Dan tak ingin tuk melepaskanmu
Karena kutelah memilihmu
Kan ku jadikan kau perhiasan hatiku
Meskipun kau tak menyadari
Ketulusan yang ku beri ini suci
Yang membuat hati tanpa ragu, tuk ucapkan ku cinta padamu
Semakin aku mengenalmu
Semakin ku mengagumimu
Semakin kusayang padamu
Dan tak ingin tuk melepaskanmu
Karena kutelah memilihmu
Kan ku jadikan kau perhiasan hatiku
Meskipun kau tak menyadari
Ketulusan yang ku beri ini suci
Jumat, 09 Januari 2009
Tnpa Judul
Menggali hidup, mencari jawab kebahagiaan
Menyambung sedih, berharap hari kan berganti
Mengais hati, berharap tentang ketulusan
Memburu takut, berharap ketenangan
Terkadang aku menangis di keramaiaan
Seakan hidup hanya ada duka
Tiadakah tenang bagi sang penyayang?
Atau harus terkenang sebagai sang pemenang
Tak pantas ia menangis,
Cukup air mataku yang berlinang
Ku takut sedih menghapus indah sang tercinta
Hingga ia berteman duka
Langganan:
Postingan (Atom)