Jumat, 13 Maret 2009

Tanpa Judul

Laksana mentari yang hadir dari kejauhan.
Hadirkan terang tuk bahagiadiriku.
Binasahkan bintang yang hanya bersinar ketika ku terlelap.

Kau hadir dari kejauhan laksana mentari.
Terlihat sederhana namun begitu berharga.
Terlihat usam namun begitu indah, memberiku impian.

Kau terbit tenggelamkan bintang, membuatku melupakannya.
Jangan kau berhenti berpijar.
Hingga alam gelap menghalangi keindahannmu.
Kutakut tak dapat melihatmu lagi besok.

Sungguh Tega

Senyumnya pudar seketika angin bertiup.
Linangan air mata membekas di sekitar kelopak.
Putih kia memerah.
Suasana kian membisu, membuat aku mulai tersentuh.
Sikapku bagai pedang yang menyayat, hingga batinnya terluka.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Kubiarkan ia bersedih, padahal ia yang ku sayang.
Kuanggap ia mentari, yang mampu menyinari pagi.
Namun kubuat ia bersedih, hingga ia tersakiti.
Tega.
Sngguh tega.
Hatiku bagai binatang.
Ia menangis, hatiku seakan senang.
Tega.
Sungguh tega.
Hatiku bagai binatang.